Oleh: SangKodok
Tidak hanya bulan Mei pada masa pra kemerdekaan saja yang menjadikan bulan Mei sebagai bulan perjuangan, pergerakan dan reformasi. Pasca kemerdekaan pun bulan Mei juga diisi oleh peristiwa bersejarah lain, yang tak lain dan lagi-lagi melibatkan pemuda di dalamya. Tentu masih sangat jelas dalam ingatan kita, terjadinya tragedi 1998 yang menuntut pemerintahan Orde Baru agar melakukan reformasi total di bidang politik, ekonomi dan hukum. Yang diakhiri denga tumbangnya rezim soeharto yang selam 32 tahun berkuasa dengan digantikan era reformasi. Lagi-lagi kita bisa melihat bahwa pemuda mempunyai peran yang besar dalam terwujudnya perubahan suatu bangsa.
Dari pemaparan diatas kita bisa melihat bahwa ada kaitan yang erat dan tidak bisa kita pisahkan antara pendidikan dengan kebangkitan suatu bangsa. Karena pendidikan merupakan tonggak perjuangan bangsa menuju kemajuan peradaban. Tanpa pendidikan yang baik, tata aturan dan etika, kehidupan suatu bangsa atau negara akan kacau balau, krisis moral akan merebak, hingga menimbulkan gangguan sistem ekonomi yang mengarah pada kelumpuhan stabilitas Negara. Oleh karena itu tumbuhnya kesadaran baru ataupun pembaharuan-pembaharuan di suatu Negara, hampir dapat dipastikan dipelopori oleh para pemuda terpelajar yang memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi. Tanpa adanya kaum terpelajar yang memiliki wawasan kebangsaan, sulit kita membayangkan adanya era perjuangan baru yang kita namakan Kebangkitan Nasional. Budi Utomo dan mahasiswa 1998 yang dipelopori oleh pemuda-pemuda kita yang mengenyam pendidikan telah memberi kesadaran bahwa kita adalah bangsa besar yang hidup dalam sebuah Negara besar. Perjuangan menghadapi penjajah dan para penguasa yang otoriter tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan dalam bentuk nasional dan bersama-sama.
Disini timbul pertanyaan dalam diri saya pribadi apa yang bisa diberikan oleh pemuda sekarang dalam menunjukkan perannya sebagai Agen of Change?, Apa yang telah dilakukan pemuda setelah satu abad kebangkitan nasional?, Apakah kebangkitan nasional masih memiliki"jiwa" dan diresapi oleh masyarakat khususnya generasi muda saat ini?. Disini saya tidak bermaksud untuk membanding-bandingkan peran pemuda di tiap eranya. Tapi sudah sewajarnyalah jika sekarang muncul pertanyaan walaupun kondisi saat ini memang berbeda dengan tahun 1908 ataupun 1998. karena saya melihat bahwa pada kenyataanya semangat kebangkitan nasional dalam diri generasi muda saat ini mulai luntur. Hal ini disebabkan karena adanya kecenderungan dalam diri genarasi muda untuk kembali pada sifat kedaerahannya. Korupsi masih merajalela, mutu pendidikan yang masih rendah, tingkat kemiskinan yang masih tinggi, kehidupan politik yang tidak sehat dan sederet persoalan lain.
Selain itu saya melihat dan menyimpulkan bahwa mahasiswa sebagai kaum intelektual muda, kini tengah berada di persimpangan antara perjuangan idealisme dan pragmatisme. Jargon sebagai agent of change and social control, kini mulai pudar seiring dengan berjalannya waktu. Karakter pelopor perubahan yang seharusnya melekat pada diri mahasiswa mulai hilang. Sedikit sekali peran nyata yang dapat dilakukan oleh mahasiswa. Sistem pendidikan yang hanya ingin menciptakan tenaga kerja siap pakai dan siap jual, yang hanya menggiring mahasiswa dengan penalaran teoritis daripada penguasaan aspek keterampilan menyebabkan munculnya pandangan-pandangan pragmatis di kalangan mahasiswa. Mahasiswa hanya mau tahu dengan apa yang sudah ada didepannya tanpa mau membuka kesadaran kritisnya dan tidak ingin melihat lebih dekat tentang apa yang sebenarnya terjadi di lingkungan sosialnya.
Mahasiswa terbuai dalam teori-teori kuliahnya serta harus berpikir bagaimana memecahkan teori atau soal untuk sekadar mengejar nilai A, tanpa mau memikirkan aplikasi yang dapat bermanfaat bagi lingkungan sosialnya, dan akhirnya menciptakan mahasiswa yang pandai berteori dengan penguasaan aplikasi yang tipis. Memang setiap zaman memiliki tantangan yang berbeda, namun peran mahasiswa sebagai agent of change and social control takkan pernah berubah. Karakter pelopor perubahan harus tetap menjiwai dalam diri mahasiswa dan takkan hilang walau ditelan zaman. Rakyat masih memerlukan sentuhan kepedulian mahasiswa. Reformasi yang diteriakkan oleh mahasiswa, bahkan sampai menelan korban jiwa, hingga saat ini belum selesai. Mahasiswa merupakan generasi muda bangsa dan negara dimasa depan. Oleh karena itu perlu adanya orientasi kembali peran mahasiswa saat ini untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin muda yang mempunyai semangat perubahan dimasa yang akan datang, sehingga perubahan yang dicita-citakan bersama dapat terwujud.
Marilah kawan-kawan para generasi muda bangsa, kita peringati 100 tahun kebangkitan nasional sebagai momen penting untuk memprakarsai sebuah kebangkitan baru, kebangkitan Indonesia abad 21, kebangkitan yang sesuai dengan semangat dan karakter zamanya untuk menuju Indonesia baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar